10cm Sudah Cukup Untukku….!


Dari Google

     Ini sebenernya pengalaman pribadi yang aku curhat-kan ke media blog.  Beberapa hari yang lalu saat otak dan fikiranku dililit oleh problema anak kedua-ku yang mengalami panas tinggi  sejak dua hari lalu. Pagi ini aku berencana bersama istriku akan ke rumah sakit guna memeriksa darah Kayla dan penyebab panas tingginya, namun karena sifatnya mendadak aku tak sempat membuat surat cuti untuk keperluan ijin tak masuk kantor. Istriku telah konfirmasi ke Dokter spesialis anak bahwa jam tugas beliau adalah pukul 11.00 s/d 14.00, itu artinya aku masih punya beberapa jam kedepan untuk mempersiapkan segalanya, termasuk untuk datang dulu ke kantor guna memenuhi janji dengan salah satu emiten yang ingin berkonsultasi mengenai Peraturan Pasar Modal.

     Kesempatan waktu ini akan aku gunakan untuk absensi sekaligus mohon ijin pulang lebih cepat demi keperluan dimaksud. Jam menunjukkan pukul 07.05 WIB, artinya aku masih punya waktu sekitar 24 menit lagi sebelum akhir batas aman absensi pukul 07.30 WIB. Bila telat sedikit saja maka melayanglah 1,5% potongan uang gajiku karena telat. Aku memprediksikan dengan kecepatan rata-rata 40-60kpj di jalan Jakarta yang selalu macet, maka aku bisa tepat ke Kantor sekitar pukul 07.25-an WIB, artinya aku masih punya batas aman 5 menit kedepan untuk parkir motor.

     Namun bayangan untuk sampai tepat waktu sepertinya harus dilalui dengan cobaan dijalan. Entah kenapa tanpa sadar dan tak disengaja karena pikiran yang risau (lebih parah dari galau) ketika mendahului sebuah sedang kelas premium (Toyota Camry), knalpot motorku menyentuh bemper depannya, Alhamdulillah tak ada sedikitpun guratan melukai bemper depannya, namun sang pengendara membunyikan klakson bertubi-tubi kearahku sembari memberi tanda agar aku menepi. Karena harga diri dan rasa bersalah aku menepi, mematikan motor, turun dari motor dan membuka helm, tak lupa menyalami sang driver agar hati diantara kita sama-sama tenang. Kami berbincang dan berdebat sedikit, namun karena tidak ditemui lecet atau guratan sedikitpun di bemper mobilnya maka SPB hanya meminta toleransinya dan memohon maaf atas kesalahan yang tak disengaja. (SPB juga heran, kemana guratan dibempernya…? karena pertolongan Tuhan atau memang mobil kelas premium memiliki bahan bemper yang bagus…?).

Dari Google

Dari Google

     SPB yakin. pengendara itu bukan pemilik asli sedan mewah tersebut. Dari gaya, tampilan, bahasa tubuh, logat dan aksen bicaranya bukan menandakan hal tersebut. Kasar, bicara keras tanpa ada etika bahasa yang baik, melotot dan tak memiliki toleransi terhadap pihak yang sudah mengaku bersalah. Beberapa Ojekers dipinggir jalan turut ikut turun rembug, mereka sebagian besar membela SPB, ada yang bilang :…orang mobilnya gak pa’pa kok minta ganti, lecet juga enggak….” atau ada juga yang bilang :…orang kaya masih minta pek go buat kebengkel…aya-aya wae…” dan celoteh pinggir jalan khas ojekers Betawi. Mungkin karena merasa gak enak hati pada akhirnya dia masuk lagi kemobil sambil memaki-maki gak karuan…ampuuuun.

    Ternyata tak sampai disitu, ketika bertemu lagi di akhir jalan menuju kantor, ditengah kemacetan dia seakan-akan memojokkan posisi SPB ditengah-tengah kendaraan. Tak ada celah untuk mendahului. Setiap kali ada kesempatan jalan, dia berusaha menutup akses ruang gerak sepeda motor SPB. Masalahnya bukan hanya mobil dia yang kena nanti, tapi pasti kendaraan disampingnya juga akan terkena bila SPB memaksakan emosi berbicara. Tambah runyam. SPB biarkan saja ulah bodohnya, padahal jika ada celah 10 centi aja (5cm di spion kiri dan 5cm di spion kanan) diantara spion-spion itu SPB bisa mendahului dengan sukses, bahkan mungkin bisa mengejar waktu yang tinggal 5 menit lagi menuju kantor. Namun dia menutup jarak dengan memposisikan spion sebagai penghalang. Pintar juga.

     Ahhhhh….sabar aja, toh tak lama lagi SPB sampai kok ke kantor, meski harus mengorbankan 1,5% terpotong uang gaji. Daripada sudah kepotong gaji nanti malah makin berdosa sama orang karena melukainya, apalagi sampai keluar biaya ganti rugi segala, SPB pasrah aja. Masalah yang ada sudah ribet jangan ditambah ribet lagi.

     Santai aja kali ya…..

Santai dulu aaaaahhhh...Ajjiiiibbb (Dari Google)

Santai dulu aaaaahhhh...Ajjiiiibbb (Dari Google)

9 Maret Yang Pertama


Dari Goole

Dari Google

   Gak terasa blog yang aku miliki ini sudah berjalan setahun, tepatnya tanggal 9 Maret 2011 sampai dengan sekarang. Tapi ini sebetulnya bukan merupakan pengalaman baru buatku untuk nge-blog. Dulu sebelum mengenal lebih jauh dengan wordpress, aku memulai ngeblog (sekitar tahun 2007-an) dengan menggunakan fasilitas friendster dan blogger. Meski aku punya dua blog, namun isi kedua blog itu relatif sama. Artinya apa yang ada di Friendster dengan apa yang ada di Blogger ada kemungkinan sama. Sempat mengalami kevakuman tingkat akut pada tahun 2009-an, alias malas sekali buat nulis. Hingga tanpa disadari fasilitas friendster saat itu sudah tidak bisa digunakan lagi (kalo gak salah diambil alih oleh pemilik dari Malaysia..entah…CMIIW). Memang sebelumnya ada peringatan bagi pengguna friendster untuk menyelamatkan data-data yang tersimpan didalamnya. Aku hanya bisa menyelematkan sebagian kecil tulisan yang ada, sayang sekali.

     Untuk Media Blogger, entah rasanya aku jadi gak sreg lagi buat nulis sejak blog kembarannya hilang. Maka ke-vakum-man-nya bisa dibilang lebih akut lagi, dan tidak konsisten. Kemudian baru pada tahun 2010-an ketika seorang teman asyik mengutak-atik tampilan header halaman blog-nya aku mulai tertari bikin blog lagi. Kali ini aku masuki media WordPress (2011). Ternyata lebih “sesuatu” dibanding blogger atau friendster. Sebagai tulisan pertama, aku ambil dan copas dari tulisan aku yang sempat aku simpan di friendster dan blogger. Banyak waktu saat itu hanya untuk mendalami wordpress lebih jauh dengan segala kelebihan yang belum aku rasakan sebelumnya. Tidak konsisten dengan judul header dan tampilan header dan sebagainya. Pokoknya mempelajari terlebih dahulu.

dari Google juga

Dari Google Juga

   Pertengahan tahun baru aku mulai menulis lebih banyak, meski tak berharap banyak pendatang yang mampir untuk sekedar “just say hallo” dan sebagian besar masih berbentuk draft dan belum di publish. Aku mulai mengikuti gaya dan etika menulis sambil sekedar lempar komen ke blog tetangga baruku. Aku gak percaya diri untuk ikut-ikutan nitip lapak ke tetangga meski itu katanya boleh dan sah-sah aja selama yang di-titip-i tidak keberatan. Bagiku menulis itu awalnya hanya sekedar untuk curhatan pribadi saja. Namun kesininya aku mulai membuka diri. ternyata asik juga juga bisa saling share ilmu apapun di dunia blog.

      Makanya sekarang Alhamdulillah banget kalo aku lihat stats, ternyata jumlah pengunjung tiap hari bertambah dari semula yang hanya satuan individu  sampai sekarang udah ribuan individu (gila “seswatu” banget…), meski bukan blogger kelas premium yang kalo nulis komen para tamunya bisa sampe ratusan,  bagi aku udah dikunjungi sekian tamu aja udah seneng  apalagi sampai di komenin ratusan tamu…hahaha…..Tapi ajaibnya, sekarang udah ada beberapa sahabat blogger yang mau jadi follower meski yang di-ikuti adalah seorang blogger yang kadang gak jelas tulisannya…hahahahahah…tapi Swear…!!! makasih banget bagi yang udah mau jadi follower dan yang udah ngasih komen, semua itu sangat berharga bagi aku untuk penyemangat bagi tulisan-tulisan aku yang akan datang. Semoga aja yang jadi follower gak ikut tersesat…hahahahhaaa…

   My Blog

My Blog

   Aku hanya bisa berharap, semoga aku bisa terus menulis meski tulisannya kadang gak konsisten disatu bahasan. Karena aku ingin memiliki kebebasan menulis dalam segala hal, meski katanya tulisan yang seperti itu gak bisa dilirik secara finansial.

      Yang gak kalah pentingnya disini adalah ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi para Follower, bagi para tamu yang gak diundang (justru ini yang diharapkan para blogger…), para sahabat tetangga sebelah yang sering kasih komen, bagi semuanya yang “anthusiast” dengan blog ini….sekali lagi terima kasih, tanpa kalian semua tak ada artinya semangat yang aku miliki.

My First Celebrate Blog

My First Celebrate Blog

Keep Blogger Hood…!!

Shock Therapy untuk Hak dan Kewajiban


Dari Google

Dari Google

     Didalam beberapa blog punya tetangga sebelah, SPB pernah membaca ulasan seorang sahabat blogger yang bisa juga dibilang sebagai ungkapan curahan hati atau “curhat” sahabat blogger tersebut. Ulasannya sangat ringan sekali namun memiliki efek samping yang cukup mengejutkan, terutama bagi SPB sendiri yang selama ini tak begitu memperhatikan kondisi yang terjadi sesungguhnya. Ulasan seorang sahabat blogger tersebut tentang permainan yang dianggap curang oleh sebagian petugas SPBU dalam melakukan aksinya mengisi bahan bakar minyak pada kendaraan kita. Semula SPB berfikir, apa iya begitu…? sungguh, sebelumnya SPB tak pernah berburuk sangka terhadap pelaku curang petugas SPBU…(tapi apa iya sebagian petugas SPBU bersikap curang…?).

Dari Google

Dari Google

     Untuk itu SPB mencoba untuk mencari jawaban, apakah memang iya ada ebberapa petugas SPBU yang bertindak curang dalam menjalankan kewajibannya. Selama ini SPB selalu hapal kapan Sang Maxi SPB harus diisi ulang dan berapa biaya yang dikeluarkan setiap minggunya untuk isi ulang tersebut. Tapi disini SPB tidak ingin menghitung tentang irit atau murahnya biaya sebuah produk ya, SPB hanya ingin mencoba lebih memperhatikan cara kerja petugas SPBU dalam melaksanakan kewajibannya.

Ide Alay Nan Koplak

Ide Alay Nan Koplak

   Dalam dua bulan ini, SPB mencoba untuk melakukan pengisian bahan bakar di beberapa SPBU lain yang belum pernah SPB singgahi sebelumnya. Termasuk di SPBU milik kompetitor dari luar negeri.  Dalam kenyataannya, memang beberapa petugas SPBU milik anak negeri bisa dibilang lebih “nakal” dibanding SPBU milik kompetitor. Tepat apa yang dikatakan oleh sahabat blogger sebelah, seringkali petugas SPBU cepat-cepat mengangkat dan langsung mengunci handle tuas slang (apa sih namanya…??) ketika angka menunjukkan yang kita minta. Sering juga mempermainkan handle slang dengan membuka tutup aliran bahan bakar, mungkin maksudnya ingin memotong beberapa rupiah dari aliran bahan bakar yang tersendat tersebut, entahlah tapi ini memang sering dilakukan. Berbeda dengan SPBU milik kompetitor, selain lebih banyak kata-kata sopan manis yang diucapkan, kita sebelumnya disuruh turun, kemudian ditunjukkan angka pesanan yang kita minta, terkadang jika dirasa aman, slang bahan bakar dibiarkan saja menempel pada lubang tangki kendaraan kita sampai benar-benar pada tetes terakhir, atau juga tetap dipegang namun tetap memberikan hak bahan bakar pada kendaraan kita sampai tetes terakhir juga. Jika ada tetesan yang tertumpas, dengan sigap petugas mengelapnya denga lap yang sepertinya selalu diselipkan dikantong seragamnyanya. Well.

    Setelah melakukan serangkaian uji coba jadi detektif, ternyata memang ada beberapa SPBU yang memiliki petugas nakal. Hebatnya, diantara petugas SPBU itu ada yang dilakukan oleh wanita. Hingga akhirnya SPB mencari cara, bagaimana cara menegur petugas yang seperti ini dengan cara yang halus tanpa melalui lisan atau bahasa tubuh apalagi bahasa kalbu. Akhirnya SPB punya ide yang teramat alay…tapi kayaknya patut dicoba. SPB mencari kata-kata yang cukup bijak untuk menegur sang petugas, tanpa menyakiti perasaannya dan tanpa melumuri mulut ini dengan kata-kata mengurui. Akhirnya teguran itu SPB sematkan atau lebih tepatnya ditempelkan di samping lubang tangki kendaraan SPB. Dengan harap-harap cemas dan rasa enggak enak SPB coba cara ini di beberapa tempat SPBU yang SPB anggap sering berbuat nakal. Dan hasilnya,….Alhamdulillah di SPBU korban pertama SPB, petugasnya secara langsung membaca pesan yang tertulis di samping lubang tangki tersebut, Raut mukanya terlihat agak berubah, tapi tanpa ekspresi dan hebatnya dia memberikan hak SPB dengan baik sekali, hingga slang itu benar-benar baru dilepaskan setelah tetes terakhir premium yang SPB pesan sesuai dengan angka yang tertera di layar monitor pengisian. (sebelumnya petugas ini akan cepat-cepat mengangkat tuas slang ketika angka menunjukkan angka pesanan tanpa memberikan tetes terakhirnya). Hari-hari isi ulang juga SPB lakukan pada beberapa SPBU lain yang telah SPB catat sebagai SPBU agak nakal, dan hasilnya semua sama….mereka telah menjadi petugas yang baik sekali, mungkin khusus hanya untuk SPB aja kali, hahahaha….

Ide Alay Nan Koplak

Ide Alay Nan Koplak

   Dan ketka dilakukan pada SPBU kompetitor, petugasnya malah ketawa sambil ngomong :  “….Ah, bapak masak nggak percaya sama kami….”. Hehehe SPB percaya kok dan sekarang makin percaya.

Mau coba ide alay nan koplak ini….silahkan saja, SPB gak minta royalti kok…ini demi kita juga. Karena sebagai konsumen kita punya hak setelah kewajiban yang kita laksanakan telah dilakukan. Dengan begini tak ada lagi yang dirugikan dan yang merugikan. SPB yakin dengan harga bahan bakar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sebetulnya pihak SPBU telah mendapatkan untung yang sesuai, namun bukan berarti menghalalkan segala cara demi mencari keuntungan lebih. Setubuh gak Bro’….??

Dari Google Juga

Dari Goole Juga

Aku, Ayah dan Kunang-Kunang


Nyari Di Google

     Malam ini tubuhku terasa remuk redam. Kegiatan dan aktivitas dikantor yang lebih padat dari waktu biasanya membuat susunan metabolisme tubuhku berantakan tak siap menerima perubahan yang drastis terjadi. Jadwal keluar kantor untuk mendatangi kantor cabang  secara langsung menyiksa emosiku, terlebih jalan raya Jakarta yang tak pernah mengenal batas peri kemanusia-an.

     Tadi siang Ibuku menelponku. Katanya akan mengunjungi kami dan cucunya. Sudah hampir sebulan memang kami tak sempat mengunjungi Ayah dan Ibu di Depok. Dan sehabis waktu ashar tadi mereka sudah sampai dirumahku.

     Jam menunjukkan pukul 20.45 WIB. Masih ada penat dan lelah disekujur tubuh. Aku dan ayah duduk diteras depan rumah. Kami hanya terdiam. Ayah memang sudah terlihat sangat tua. Beliau hanya termenung menatap keluar rumah. Aku sibuk dengan koran yang sejak pagi belum sempat aku baca. Sebetulnya aku ingin sekali beristirahat. Tapi aku terpaksa menemani ayah sambil membaca koran. Kami masih terdiam dalam ke-termenungan dan ke-penatan.

Lagi-lagi Google

     Tiba-tiba melintas dihadapan kami se-ekor kunang-kunang yang terbang berputar-putar mengelilingi taman. Cahayanya menarik perhatian ayah.

“…Apa itu…? kata ayah.

“…Kunang-kunang…”, jawabku singkat tanpa menatapnya.

“…Apa itu…? Kata Ayah lagi.

“…itu kunang-kunang…” jawabku lagi dengan agak keras.

Kali ini kunang-kunang terbang semakin mendekat kearah kami, kemudian hinggap diatas batu pualam dalam kolam.

“…Apa itu…? tanya ayahku untuk yang ketiga kali.

“…itu kunang-kunang ayah, KUNANG_KUNANG…!!”, jawabku lebih keras sambil tetap menatap koran.

“…Apa itu….?’ tanyanya lagi

“Ayah, kenapa sih bertanya seperti itu berulang-ulang ?, Sudah beberapa kali aku jawab itu KUNANG_KUNANG !! Tak bisakah ayah mengerti?” bentakku.

Ayah lalu bangun dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkanku.

“Ayah…, ayah mau kemana?” kataku mulai melunak tapi dengan nada masih kesal. Ayah hanya melambaikan tangannya, mengisyaratkan aku untuk duduk saja.

Dari Google juga

     Sampai beberapa waktu berlalu, ayahku tak juga keluar menemuiku. Jam menunjukkan pukul 21.32 WIB, aku masuk kedalam rumah. Ternyata Ayah duduk tertidur diruang keluarga. Matanya terlihat basah. Sebuah buku kecil lusuh berwarna coklat kulit terselip dipangkuannya. Halamannya terbuka, ada beberapa bait tulisan sambung terlihat jelas dalam guratan tinta berwarna hitam yang telah memudar.

“Malam ini tepat menginjak tiga tahun usia anak pertamaku. Meski lelah dan penat sepulang kerja, tetap kusempatkan bersamanya duduk dibangku teras depan rumah kami untuk merayakan hari ulang tahunnya. Dihadapan kami melintas terbang se-ekor kunang-kunang. Anakku bertanya kepadaku. “…Ayah, apa itu…? dia bertanya sebanyak limabelas kali. Akupun menjawabnya sebanyak limabelas kali pula. “…Itu Kunang-kunang, nak…”, jawabku. Dan aku memeluknya setiap kali kujawab pertanyaan yang sama darinya, lagi, lagi dan lagi tanpa ada rasa kesal dan marah atasnya. Hanya ada rasa cinta yang mendalam untuk putra kecil pertamaku yang tanpa dosa”.

 Jakarta, 7 Juni 1975.

Ternyata ini catatan jurnal ayah atas tumbuh kembangku saat itu. Aku hanya terdiam, termanggu tak terasa air mataku mulai membasahi mataku, kuasa ku menangis sambil kupeluk erat Ayahku….

“…Ayah, maafkan anakmu…”.

Googling di Google

Jakarta, 7 Juni 2011.

Malam Rabu, tepat malam hari ulang tahunku yang ke-39 tahun.

N.B.: Didedikasikan untuk Bapakku yang telah menjadikan aku hingga seperti ini. Terinspirasi oleh kisah-kisah renungan terhadap kasih sayang ayah di blog-blog punya tetangga sebelah, thanks for all.

“Robbi firli, waliwalidaiyya warhamhuma kama Robbayani Soghirro”.