Beban Mental Pada Selembar Stiker


     

     Sebenarnya sudah cukup lama saya mendapat kiriman “kado” dari seorang sahabat blogger yang menjadi salah satu inspirasi saya diantara blogger-blogger lain dalam menulis bebas untuk sebuah blog. Beliau tidak terpaku pada satu jurusan penulisan saja yang kadang juga dibahas di blog lain, saya melihat Beliau menulis dengan apa adanya, tentang kesehariannya, tentang perjalanan dengan motornya, tentang kebudayaannya (ini yang menarik buat saya), tentang curhatannya kadang menulis juga tentang kemarahannya. Komplit dari beragam aspek.

     Kado yang berupa lembaran stiker semula memang saya minta dengan sedikit memaksa untuk diantar ke alamat rumah saya. Saya memintanya langsung lewat surel (surat elektronik). Dengan harap-harap cemas saya menunggu balasan surel dari beliau atas permintaan saya. Dan Alhamdulillah surel saya dibalas dengan jawaban yang positif. Terimaksaih sangad Pak.

     Sejak kiriman itu sampai kerumah saya, saya bingung mau saya tempel dimana ini barang….Kalo saya tempel di lemari kayaknya gak bisa Go Publik nih, kalo ditempel di komputer rasanya kok ya percuma karena setiap browsing pasti blog-nya beliau dan blogger-blogger lucu lainnya dipanteng terus, mau ditempel di motor rasanya beban mentalnya sangat berat. Kenapa berat menurut saya….?

     Alasannya adalah : Selama ini SPB adalah seorang pengendara sepeda motor harian yang pergi dan pulang kerja pasti naik motor. Meski SPB itu bukan “biker beneran” tapi SPB selalu berusaha untuk menjadi pengendara motor yang sopan, handal, bisa dipercaya, bertanggungjawab, baik hati, tidak sombong dan pandai menabung. Hanya saja SPB berfikir realistis, jalan raya Jakarta adalah sebuah kawah candradimuka bagi sebagian besar pengemudi kendaraan, apapun jenisnya termasuk sepeda motor.      

     Seorang pengendara yang bijaksana akan mengerti tata tertib perlalulintasan, baik itu mengenai pengetahuan dan tatacara berkendara juga meliputi ego dan kesabaran yang tiada batas. Sayangnya, SPB bukanlah termasuk orang yang bijaksana 100%. Terkadang masih suka srantal-sruntul gak karuan, kadang masih suka “neriaki” pengendara lain, kadang juga gak peduli sama penyeberang jalan. Tapi percayalah, semua itu karena ada sebabnya. Srantal-sruntul dilakukan kalau lagi telat ngejar absen masuk kantor agar gak dipotong gajinya diakhir bulan, neriaki pengendara lain karena pengendara itu merasa jalan raya  seakan-akan milik mbah-nya, udah pelan jalan ditengah gak mau dilewati tapi SPB paling sering neriaki supir angkot yang suka se-enak udel mengendarai kendaraannya, suka gak peduli sama penyeberang jalan karena terkadang penyeberang jalan suka slononk boy se-enaknya tanpa liat kiri kanan dan menyebrerang bukan ditempatnya, paling benci kalau yang menyeberang itu banci, udah klamar-klemer gayanya melambay pake gaya genit-genit dan kemayu segala…jijay bajay.

     Itulah beberapa alasan yang membuat SPB sebenarnya takut memasang stiker di motor kesayangan SPB. Spontanitas mata adalah melihat dan membaca apa yang dia lihat (masih ada gak ya pengendara yang buta huruf…?), jika secara spontan seseorang melihat stiker yang menempel di Sang Maxi-ku, orang akan membacanya “…Oooo jadi itu yang punya Blog Jaranwesi…”, padahal bukan aku yang punya blog. Nah ketika saat itu SPB lagi sruntulan orang akan langsung men-cap bahwa blogger jaranwesi adalah biker yang sruntulan dan gak sopan…berabe khan menjelekkan reputasi orang. Ini nih beban mental yang berat padahal maksud hati ingin mempromosikan  “…ini loh blog yang lucu dan patut dibaca.…”.

     Tapi akhirnya dengan segenap jiwa raga SPB putuskan stiker itu tetap SPB pasang pada sepeda motor GLMAX dengan menggenggam sepenuh hati tanggungjawab mental yang ada. Karena menurut SPB sebuah stiker bernama dan berlogo sesuatu yang ada, yang tertera pada kendaraan adalah membawa juga tanggung jawab atas nama stiker tersebut. Semoga tidak terjadi sesuatu, karena SPB turut termotivasi juga secara tidak langsung untuk menjadi seorang pengendara motor yang semakin baik, syukur-syukur bisa dianggap sebagai “biker beneran” hehehehe…..

     Akhirnya dengan segenap perasaan, saya mohon ijin dan mengucapkan terima kasih atas kiriman kado stiker “jaranwesi.wordpress.com” yang dikirimkan oleh Bapak Bambang dari Desa Bandongan, Jawa Tengah, dan sekiranya Pak Bambang membaca blog saya dan tidak setuju jika stikernya saya tempel di motor saya, maka dengan segenap hati saya akan melepas stiker tersebut dan meletakkan pada tempat yang layak.

N.B.: Keep Blogger Hood

6 comments on “Beban Mental Pada Selembar Stiker

  1. mantab.. dikasih brp stiker mas, kanan kiri tangki kan..

    yg penting safety riding.. gara2 ngebut ngejer masuk kantor saya akhirnya kecelakaan dan masuk RS..

Tinggalkan Balasan ke Aulia Batalkan balasan